Ekonomi Kreatif Pakan Tanpa Hijauan dan Inovasi Olahan Susu Menuju Wisata Sapi Perah

• DOI: 10.70427/smartdedication.v2i1.157
• Publication Date: 2025-01-28T05:33:12Z
• Authors: Sri Mulyati; Imam Mustofa; Rimayanti Rimayanti; Suherni Susilowati; Supriyadi Supriyadi

Peternakan sapi perah memegang peran penting dalam mendukung kebutuhan pangan nasional, khususnya dalam penyediaan susu sebagai sumber protein hewani. Namun, sektor ini menghadapi sejumlah tantangan signifikan yang menghambat perkembangan dan keberlanjutannya. Ketergantungan pada hijauan sebagai pakan utama sering kali menjadi kendala, terutama ketika musim kemarau atau keterbatasan lahan hijauan mengurangi pasokan. Pentingnya ekonomi kreatif dalam pengembangan peternakan sapi perah, dengan fokus pada inovasi pakan tanpa hijauan, diversifikasi produk olahan susu, dan konsep wisata sapi perah sebagai strategi untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing sektor peternakan. Kegiatan ini bekerjasama dengan KUD “Tani Wilis dan UMKM” Wisata Sapi Perah”. Keberhasilan program ini dilakukan pendidikan dan pelatihan tentang pakan tanpa hijauan dan inovasi olahan susu. Pendekatan ekonomi kreatif melalui inovasi pakan tanpa hijauan dan pengembangan produk olahan susu memiliki potensi besar untuk meningkatkan keberlanjutan peternakan sapi perah, terutama di wilayah pedesaan seperti Desa Sendang. Inovasi ini tidak hanya membantu peternak menghadapi tantangan ketersediaan pakan hijauan selama musim kemarau, tetapi juga membuka peluang untuk diversifikasi produk yang bernilai tambah, seperti yoghurt, keju, dan es krim. Integrasi antara inovasi peternakan dan konsep wisata edukasi berbasis sapi perah menciptakan peluang ekonomi baru melalui wisata sapi perah. Konsep ini memberikan manfaat berlapis: dalam meningkatkan pendapatan peternak, memperkenalkan masyarakat luas pada dunia peternakan, serta memperkuat daya tarik wisata lokal. Keberhasilan pendekatan ini ditunjukkan oleh penerimaan yang baik dari masyarakat setelah pelatihan, di mana hasil evaluasi menunjukkan rata-rata tingkat pemahaman sebelum pelatihan hanya mencapai sekitar 50%-60% sedangkan setelah pelatihan terjadi peningkatan signifikan sebesar 100% dalam pengetahuan dan keterampilan.